Anda tentu bisa cinta lokasi dengan teman sekantor. Kenapa tidak? Di kantorlah Anda menghabiskan hampir seluruh waktu produktif Anda. Sangat mungkin di sela-sela pembahasan soal pekerjaan itu, Anda juga membahas soal perasaan-perasaan Anda.
Tapi, walaupun menurut survei bahwa kantor adalah tempat nomor satu untuk menemukan kekasih, Anda perlu tahu risiko mengencani teman sekantor. Terlepas dari kegembiraan karena bisa bertemu kekasih setiap saat, banyak juga situasi buruk yang bisa mengancam hubungan Anda. Untuk itu, pertimbangkan apa yang akan Anda hadapi nanti.
Bijaksanalah. Berlatihlah untuk menahan diri saat bekerja. Jangan tergoda untuk menghabiskan "quality time" bersama pasangan di ruangannya. Bahkan, Anda sebaiknya tidak membuka mulut mengenai hubungan yang Anda lakukan. Sebab, orang lain bisa saja mengira bahwa Anda lebih fokus pada urusan membina hubungan daripada bekerja. Tak perlu saling melempar pandangan penuh arti, atau saling menggesekkan kaki di bawah meja. E-mail dan telepon penuh rayuan gombal sebaiknya juga dihindari. Anda tak mau jika e-mail itu salah terkirim ke e-mail orang lain, kan?
Jangan mengencani seseorang yang rantai penguasaannya langsung di atas atau di bawah Anda. Bayangkan bila kekasih Anda ternyata atasan langsung yang harus memberikan assessment untuk Anda. Mungkin penilaian menjadi tidak obyektif, atau kemungkinan lain justru Anda yang tidak bisa menerima penilaian negatif darinya. Jika penilaian tersebut positif, rekan kerja lain akan menganggap kekasih yang juga atasan Anda itu pilih kasih.
Bayangkan juga bila Anda sedang berantem, lalu esoknya Anda harus menemuinya lagi sebagai atasan, bawahan, atau rekan kerja. Sungguh sebuah situasi yang "mencekam", bukan? Hal-hal seperti ini bisa memicu conflict of interest.
Anda juga harus bersiap untuk mengundurkan diri bila hubungan Anda semakin serius. Banyak perusahaan tidak mengizinkan pasangan menikah dengan rekan sekantor. Kebijakannya adalah memutasi Anda ke divisi lain, atau salah satu dari Anda harus mengundurkan diri.
Bersiaplah menjadi bahan gosip. Anda berdua jelas akan menjadi bahan pembicaraan, khususnya bila Anda memang pernah melontarkan sesuatu yang bisa jadi topik gosip terhangat. Oleh karena itu, tadi telah disebut mengapa Anda tak perlu banyak membuka mulut soal hubungan Anda ini. Jagalah sikap profesional, dan jangan terlibat dalam gunjingan mengenai kisah cinta Anda.
Bersikap realistis. Bila hubungan Anda bisa berlanjut ke arah pernikahan, tentu baik. Tetapi bagaimana bila tidak, dan Anda harus putus hubungan sebagai kekasih? Padahal, Anda masih harus bekerja sama dalam satu tim. Lalu, bagaimana bila ia lalu mempunyai pacar baru yang juga karyawan kantor Anda? Mampukah Anda menerima pemandangan seperti itu?
Perusahaan atau gedung kantor Anda boleh saja menjadi tempat yang asyik untuk bertemu pria baru, jangan membatasi diri untuk menemui pria baru ini di tempat lain. Anda tak akan pernah tahu siapa jodoh Anda, bukan?
Tapi, walaupun menurut survei bahwa kantor adalah tempat nomor satu untuk menemukan kekasih, Anda perlu tahu risiko mengencani teman sekantor. Terlepas dari kegembiraan karena bisa bertemu kekasih setiap saat, banyak juga situasi buruk yang bisa mengancam hubungan Anda. Untuk itu, pertimbangkan apa yang akan Anda hadapi nanti.
Bijaksanalah. Berlatihlah untuk menahan diri saat bekerja. Jangan tergoda untuk menghabiskan "quality time" bersama pasangan di ruangannya. Bahkan, Anda sebaiknya tidak membuka mulut mengenai hubungan yang Anda lakukan. Sebab, orang lain bisa saja mengira bahwa Anda lebih fokus pada urusan membina hubungan daripada bekerja. Tak perlu saling melempar pandangan penuh arti, atau saling menggesekkan kaki di bawah meja. E-mail dan telepon penuh rayuan gombal sebaiknya juga dihindari. Anda tak mau jika e-mail itu salah terkirim ke e-mail orang lain, kan?
Jangan mengencani seseorang yang rantai penguasaannya langsung di atas atau di bawah Anda. Bayangkan bila kekasih Anda ternyata atasan langsung yang harus memberikan assessment untuk Anda. Mungkin penilaian menjadi tidak obyektif, atau kemungkinan lain justru Anda yang tidak bisa menerima penilaian negatif darinya. Jika penilaian tersebut positif, rekan kerja lain akan menganggap kekasih yang juga atasan Anda itu pilih kasih.
Bayangkan juga bila Anda sedang berantem, lalu esoknya Anda harus menemuinya lagi sebagai atasan, bawahan, atau rekan kerja. Sungguh sebuah situasi yang "mencekam", bukan? Hal-hal seperti ini bisa memicu conflict of interest.
Anda juga harus bersiap untuk mengundurkan diri bila hubungan Anda semakin serius. Banyak perusahaan tidak mengizinkan pasangan menikah dengan rekan sekantor. Kebijakannya adalah memutasi Anda ke divisi lain, atau salah satu dari Anda harus mengundurkan diri.
Bersiaplah menjadi bahan gosip. Anda berdua jelas akan menjadi bahan pembicaraan, khususnya bila Anda memang pernah melontarkan sesuatu yang bisa jadi topik gosip terhangat. Oleh karena itu, tadi telah disebut mengapa Anda tak perlu banyak membuka mulut soal hubungan Anda ini. Jagalah sikap profesional, dan jangan terlibat dalam gunjingan mengenai kisah cinta Anda.
Bersikap realistis. Bila hubungan Anda bisa berlanjut ke arah pernikahan, tentu baik. Tetapi bagaimana bila tidak, dan Anda harus putus hubungan sebagai kekasih? Padahal, Anda masih harus bekerja sama dalam satu tim. Lalu, bagaimana bila ia lalu mempunyai pacar baru yang juga karyawan kantor Anda? Mampukah Anda menerima pemandangan seperti itu?
Perusahaan atau gedung kantor Anda boleh saja menjadi tempat yang asyik untuk bertemu pria baru, jangan membatasi diri untuk menemui pria baru ini di tempat lain. Anda tak akan pernah tahu siapa jodoh Anda, bukan?
0 comments:
Posting Komentar